adsense

KONSEP DAN TEKNIK PENCEGAHAN INFEKSI DI KAMAR BEDAH

1. LATAR BELAKANG
Konsep dan Tekhnik Pencegahan Infeksi di Kamar Bedah Sebuah kamar operasi bisa jadi me­rupakan ruangan paling istimewa di rumah sakit. Pengelolaannya bi­sa dibilang paling khusus diban­ding ruangan lain pada umumnya. Di tempat ini segala tindakan invasif bisa dilakukan terhadap tubuh manusia. Untuk menjamin tindakan operasi berjalan de­ngan lancar dan meminimalisir faktor-faktor pengganggu, maka perlu dilakukan pe­ngendalian kamar operasi yang baik. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kamar operasi, kerja sama yang baik sangat diperlukan oleh para personelnya, baik dokter, perawat, anestesi maupun per­­sonel kamar operasi lainnya. 

Kamar operasi bisa menjadi tempat yang mudah menularkan infeksi dari dan ke penderita. Penularan infeksi yang terjadi tergantung dari dosis kuman, ke­ren­tanan individu, waktu kontak, virulensi agen infeksi, dan berbanding terbalik de­ngan daya tahan tubuh. infeksi me­ru­pakan interaksi antara host, agent dan environment. Keterangan tentang sumber infeksi ditambahkan pula menurut Prof. Dr. dr. Bambang Prijambodo, Sp.B., Sp.OT, sumber infeksi bisa berasal dari per­sonel kamar bedah, alat dan bahan pe­nunjang pembedahan, lingkungan pem­be­dahan dan pasien yang akan dibedah. Me­kanisme infeksi bisa terjadi dengan ber­bagai cara, yaitu langsung, tidak langsung, airborne dan vectorborne atau me­la­lui vektor (perantara). Dengan demikian saat pasca operasi, hari ra­wat inap menjadi le­bih pendek. Pemendekan hari rawat inap bisa me­mang­kas biaya perawat­an pasien. Dan hasil operasi yang baik akan meng­hin­darkan rumah sakit dari tuntutan hu­kum akibat ketidak­puas­an pasien dan ke­luar­ga­nya. Pengendalian meli­puti faktor-faktor meli­puti sumber daya manusia, sa­ra­na, dan ling­ku­ngan. 

Para pengguna ka­­mar ope­­rasi ha­ruslah SDM yang taat pa­da pro­sedur standard ope­rasi dan tram­pil. Pe­ra­wat da­lam hal ini ada­lah mitra ker­ja dok­ter, bu­kan pem­bantu dokter. Dok­ter de­ngan dibantu perawat ha­rus bi­sa me­lak­sanakan pembedahan secara ce­pat dan atraumatik. Jum­lah petugas yang be­ra­da di kamar ope­rasi saat du­rante ope­rasi tidak boleh terlalu crowded. Cukup 2 orang ahli anestesi yang terdiri dari dokter anestesi dan perawat anestesi, tiga orang ahli bedah yang terdiri dari operator, asisten I dan asisten II, instrumentator dan omloop yang merupakan perawat bedah. Gedung dan ruangan be­dah harus dirancang secara khusus yang merupakan ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang bersih dan tidak ber­hu­bungan de­ngan udara luar. Ruangan ha­rus lengkap de­ngan pembagian areal yang sistematis me­nurut arus penderita dan petugas. Ge­dung bedah juga harus memiliki kualitas yang baik sehingga tahan lama. Permu­ka­an dinding gedung haruslah mudah di­ber­sihkan sehingga kebersihan dan keaseptisan ruangan dapat terjaga.

2. PENGERTIAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI
Pencegahan infeksi sering diartikan dalam pengertian sempit yaitu tindakan suci hama atau pemutusan rantai transmisi penyakit. Yang mengandung unsur melakukan eliminasi agen dan reservoir, menghambat penularan infeksi, dan melindungi host dari infeksi. Kamar operasi yang kurang terjaga ke-aseptisannya akan ber­dampak pada infeksi luka operasi pada pasien yang bisa diketahui pasca operasi.

3. TUJUAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI
a.   Mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan (terutama untuk tindakan atau prosedur klinik menggunakan instrumen)
b.     Menghindari terjadinya penularan penyakit infeksi berbahaya (HIV, Hepatitis B), bukan hanya pasien ke pasien, tetapi juga dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya.

4. DAMPAK INFEKSI
a.      Mengakibatkan proses penyebuhan luka semakin lama.
b.      Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.
c.      Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum. 

5. FAKTOR TERJADI INFEKSI
Faktor - faktor yang mempengaruhi proses infeksi adalah :
a.      Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan dengan cepat atau lambat.
b.      Kuman Penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya.
c.       Cara Membebaskan Sumber Dari Kuman      
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran (cahaya) dan lain-lain.
d.      Cara  Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung melalui makanan atau udara dapat menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.
e.       Cara Masuknya Kuman
Proses penyebaran kuman berbeda tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.
f.       Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Selain faktor- faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi, tingkat stress pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.

6. KONTROL KAMAR INFEKSI  DI KAMAR BEDAH
    Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
a. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat  pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
b.    Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan  metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi).Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
c.  Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar) dan “Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan)
d. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap petugas kesehatan. Berkaitan  pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.

7. PRINSIP - PRINSIP
a.   Setiap individu (pasien dan petugas kesehatan) dianggap berpotensi menularkan penyakit
b.   Cuci tangan adalah prosedur praktis dlam menghindari kontaminasi silang. Cuci tangan dilakukan: sebelum dan sesudah memeriksa pasien; sebelum dan setelah memakai sarung tangan; setelah terpapar darah atau cairan tubuh lainnya; cuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir; sebagai pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan alcohol (100ml alcohol 60-90% + 2ml gliserin)
c.   Gunakan sarung tangan setiap akan terjadi kontak dengan bagian atau bahan berpotensi menularkan penyakit (laserasi kulit, membrane mukosa, darah, secret, cairan tubuh lain). Sarung tangan digunakan: saat melakukan tindakan; saat menangani alat/bahan terkontaminasi; saat membuang bahan-bahan/limbah terkontaminasi. Ganti sarung tangan setiap kali memeriksa pasien yang berbeda. Sarung tangan dapat digunakan kembali apabila telah didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5%, kemudian dicuci dan dibilas, selanjutnya disterilisasi atau di-DTT.
d.   Gunakan pelindung fisik (kaca mata pelindung, masker, apron atau pelepas plastic) untuk menghindari percikan secret atau cairan tubuh
e. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit atau membrane mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptic berbahan dasar alcohol
f.  Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan mencegah cidera maupun penularan infeksi kepada orang lain/masyarakat
g.   Bekerja hati-hati (perhatikan factor keamanan). Gunakan langkah dan teknik yang baik serta aman saat menggunakan dan menangani benda tajam (jarum suntik, pisau bedah). Mencegah luka tusuk jarum di kamar operasi : gunakan wadah yang aman; jangan memberikan alat tajam selain menggunakan wadah yang aman; beritahu petugas kesehatan sebelum memberikan alat-alat tajam dalam wadah yang aman.. Menggunakan jarum dan alat suntik yang benar : gunakan jarum dan suntik sekali pakai; jangan melepaskan jarum dari alat suntik setelah digunakan; jangan memasang tutup jarum, membengkokkan atau mematahkan jarum sebelum dibuang; lakukan dekontaminasi terhadap jarum dan alat suntik sebelum dibuang (yang disposibel) atau sebelum diproses (dipakai ulang); buang jarum dan alat suntik ke dalam wadah tahan tusuk; hancurkan jarum dan alat suntik dengan dibakar (incenerated).
h.  Keterbatasan sumber daya bukan merupakan alas an bagi petugas untuk merubah prosedur atau bahan-bahan yang dipergunakan untuk pencegahan infeksi karena masih banyak proses alternative yang memenuhi kaidah ilmiah dan terbukti cukup efektif.


No comments:

Post a Comment

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN INSTRUMEN BEDAH OPERASI

          BAB I PENDAHULUAN 1.1.    Latar Belakang Instrumen adalah aset utama dan menunjukan angka yang besar pada pembelajaran total rum...