Konsep dan Tekhnik Pencegahan Infeksi di Kamar Bedah
Sebuah kamar operasi bisa jadi merupakan ruangan paling istimewa di rumah sakit. Pengelolaannya bisa dibilang paling khusus dibanding ruangan lain pada umumnya. Di tempat ini segala tindakan invasif bisa dilakukan terhadap tubuh manusia. Untuk menjamin tindakan operasi berjalan dengan lancar dan meminimalisir faktor-faktor pengganggu, maka perlu dilakukan pengendalian kamar operasi yang baik.
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kamar operasi, kerja sama yang baik sangat diperlukan oleh para personelnya, baik dokter, perawat, anestesi maupun personel kamar operasi lainnya.
Kamar operasi bisa menjadi tempat yang mudah menularkan infeksi dari dan ke penderita. Penularan infeksi yang terjadi tergantung dari dosis kuman, kerentanan individu, waktu kontak, virulensi agen infeksi, dan berbanding terbalik dengan daya tahan tubuh.
infeksi merupakan interaksi antara host, agent dan environment. Keterangan tentang sumber infeksi ditambahkan pula menurut Prof. Dr. dr. Bambang Prijambodo, Sp.B., Sp.OT, sumber infeksi bisa berasal dari personel kamar bedah, alat dan bahan penunjang pembedahan, lingkungan pembedahan dan pasien yang akan dibedah. Mekanisme infeksi bisa terjadi dengan berbagai cara, yaitu langsung, tidak langsung, airborne dan vectorborne atau melalui vektor (perantara).
Dengan demikian saat pasca operasi, hari rawat inap menjadi lebih pendek. Pemendekan hari rawat inap bisa memangkas biaya perawatan pasien. Dan hasil operasi yang baik akan menghindarkan rumah sakit dari tuntutan hukum akibat ketidakpuasan pasien dan keluarganya. Pengendalian meliputi faktor-faktor meliputi sumber daya manusia, sarana, dan lingkungan.
Para pengguna kamar operasi haruslah SDM yang taat pada prosedur standard operasi dan trampil. Perawat dalam hal ini adalah mitra kerja dokter, bukan pembantu dokter. Dokter dengan dibantu perawat harus bisa melaksanakan pembedahan secara cepat dan atraumatik. Jumlah petugas yang berada di kamar operasi saat durante operasi tidak boleh terlalu crowded. Cukup 2 orang ahli anestesi yang terdiri dari dokter anestesi dan perawat anestesi, tiga orang ahli bedah yang terdiri dari operator, asisten I dan asisten II, instrumentator dan omloop yang merupakan perawat bedah. Gedung dan ruangan bedah harus dirancang secara khusus yang merupakan ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang bersih dan tidak berhubungan dengan udara luar. Ruangan harus lengkap dengan pembagian areal yang sistematis menurut arus penderita dan petugas. Gedung bedah juga harus memiliki kualitas yang baik sehingga tahan lama. Permukaan dinding gedung haruslah mudah dibersihkan sehingga kebersihan dan keaseptisan ruangan dapat terjaga.
2. PENGERTIAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI
Pencegahan infeksi sering diartikan dalam pengertian
sempit yaitu tindakan suci hama atau pemutusan rantai transmisi penyakit. Yang
mengandung unsur melakukan eliminasi agen dan reservoir, menghambat penularan
infeksi, dan melindungi host dari infeksi. Kamar operasi yang kurang terjaga
ke-aseptisannya akan berdampak pada infeksi luka operasi pada pasien yang bisa
diketahui pasca operasi.
3. TUJUAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI
a. Mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan
(terutama untuk tindakan atau prosedur klinik menggunakan instrumen)
b. Menghindari terjadinya penularan penyakit infeksi
berbahaya (HIV, Hepatitis B), bukan hanya pasien ke pasien, tetapi juga dari
pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya.
4. DAMPAK INFEKSI
a. Mengakibatkan
proses penyebuhan luka semakin lama.
b. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan
dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.
c. Meningkatkan
biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama
perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan
pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.
5. FAKTOR TERJADI INFEKSI
Faktor - faktor yang mempengaruhi proses infeksi adalah :
a. Sumber
Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi
apakah infeksi berjalan dengan cepat atau lambat.
b.
Kuman Penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya.
c.
Cara Membebaskan Sumber Dari
Kuman
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat
teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran
(cahaya) dan lain-lain.
d.
Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung melalui makanan atau udara dapat
menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.
e.
Cara Masuknya Kuman
Proses penyebaran kuman berbeda tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk
melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.
f.
Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan tubuh yang
buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Selain faktor- faktor diatas,
terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi, tingkat stress pada
tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.
6. KONTROL KAMAR INFEKSI DI KAMAR BEDAH
a. Peningkatan daya
tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi
hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan
secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
b.
Inaktivasi agen
penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi. Contoh
metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi).Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
c. Memutus mata rantai
penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan
penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan
ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan
Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions”
(Kewaspadaan Standar) dan “Transmission based Precautions” (Kewaspadaan
berdasarkan cara penularan)
d. Tindakan pencegahan
paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap petugas
kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum
bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian
adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.
7. PRINSIP - PRINSIP
a.
Setiap individu
(pasien dan petugas kesehatan) dianggap berpotensi menularkan penyakit
b.
Cuci tangan adalah
prosedur praktis dlam menghindari kontaminasi silang. Cuci tangan dilakukan:
sebelum dan sesudah memeriksa pasien; sebelum dan setelah memakai sarung
tangan; setelah terpapar darah atau cairan tubuh lainnya; cuci tangan selama
10-15 detik dengan sabun dan air mengalir; sebagai pengganti cuci tangan dengan
air, gunakan larutan alcohol (100ml alcohol 60-90% + 2ml gliserin)
c.
Gunakan sarung tangan
setiap akan terjadi kontak dengan bagian atau bahan berpotensi menularkan
penyakit (laserasi kulit, membrane mukosa, darah, secret, cairan tubuh lain).
Sarung tangan digunakan: saat melakukan tindakan; saat menangani alat/bahan
terkontaminasi; saat membuang bahan-bahan/limbah terkontaminasi. Ganti sarung
tangan setiap kali memeriksa pasien yang berbeda. Sarung tangan dapat digunakan
kembali apabila telah didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5%, kemudian
dicuci dan dibilas, selanjutnya disterilisasi atau di-DTT.
d.
Gunakan pelindung
fisik (kaca mata pelindung, masker, apron atau pelepas plastic) untuk
menghindari percikan secret atau cairan tubuh
e. Gunakan bahan
antiseptic untuk membersihkan kulit atau membrane mukosa sebelum melakukan
operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan
antiseptic berbahan dasar alcohol
f. Buang bahan-bahan
terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan
mencegah cidera maupun penularan infeksi kepada orang lain/masyarakat
g.
Bekerja hati-hati
(perhatikan factor keamanan). Gunakan langkah dan teknik yang baik serta aman
saat menggunakan dan menangani benda tajam (jarum suntik, pisau bedah). Mencegah
luka tusuk jarum di kamar operasi : gunakan wadah yang aman; jangan memberikan
alat tajam selain menggunakan wadah yang aman; beritahu petugas kesehatan
sebelum memberikan alat-alat tajam dalam wadah yang aman.. Menggunakan
jarum dan alat suntik yang benar : gunakan jarum dan suntik sekali pakai;
jangan melepaskan jarum dari alat suntik setelah digunakan; jangan memasang
tutup jarum, membengkokkan atau mematahkan jarum sebelum dibuang; lakukan
dekontaminasi terhadap jarum dan alat suntik sebelum dibuang (yang disposibel)
atau sebelum diproses (dipakai ulang); buang jarum dan alat suntik ke dalam
wadah tahan tusuk; hancurkan jarum dan alat suntik dengan dibakar (incenerated).
h. Keterbatasan sumber
daya bukan merupakan alas an bagi petugas untuk merubah prosedur atau bahan-bahan
yang dipergunakan untuk pencegahan infeksi karena masih banyak proses
alternative yang memenuhi kaidah ilmiah dan terbukti cukup efektif.
No comments:
Post a Comment