MATA KULIAH INSTRUMEN KAMAR BEDAH
STERILISASI INSTRUMEN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
DIV KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Indah Isnialita Putri
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar............................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................... iii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan
......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sterilisasi...................................................................... 4
2.2 Indikasi kuat untuk tindakan sterilisasi
instrumen ....................... 4
2.3 Langkah-langkah sebelum melakukan proses sterilisasi
.............. 5
2.4 Metode
sterilisasi........................................................................... 5
2.5 Pelaksanaan
Sterilisasi alat –alat ................................................. 9
2.6 Perawatan Sterilisasi Alat-Alat .................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................. 17
Daftar Pustaka...................................................................................... 18
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang
menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan
luka (Susetyowati et al., 2010). Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan
seperti diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa
tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki
luka multiplek), rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer & Bare, 2002).
Pembedahan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan
bedah minor. Bedah mayor merupakan tindakan bedah yang menggunakan anestesi
umum/general anesthesi yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang
sering dilakukan. Indikasi yang dilakukan dengan tindakan bedah mayor antara
lain kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi
dan operasi akibat trauma (Nadeak & Jenita, 2011).
Sebelum
pembedahan dilakukan, hal yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan alat-alat
yang akan digunakan. Sebelum melakukan pembedahan pengetahuan mengenai sarana
maupun prasarana penunjang dalam pembedahan perlu dimiliki sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam penggunaan alat tersebut, karena setiap alat memiliki
fungsi tertentu.
Instrumen
adalah aset utama dan menunjukkan angka yang besar pada pembelanjaan total
rumah sakit. Pengalaman praktis terekam dalam panduan ini, bersamaan dengan
gambaran tentang hubungan antar relasi yang mendasar, hal ini bermaksud untuk
membantu para pengguna menjaga semua instrumen yang mereka miliki -yang
bisadigunakan kembali- tetap berfungsi dengan baik dan nilainya terpelihara
sampai dengan tahun-tahun yang mendatang, dengan memastikan pemeliharaan dan
perawatan intrumen yang tepat.
Instrumen bedah, yang mungkin dianggap sebagai
perpanjangan tangan yang sebenarnya, dapat digolongkan sesuai pemakaiannya:
pemotong (cutting), penjepit (clamping), pemegang (grasping), dan peregang
(retracting).
Sebagian besar instrumen terbuat dari bahan baja anti karat (stainless
steel), suatu campuran logam yang terdiri atas besi, karbon, dan kromium.
Sebagian instrumen terbuat dari titanium. Masing-masing instrumen terbuat dari
bahan yang berbeda sehingga cara perawatannya pun berbeda. Perawatan yang
sesuai akan meningkatkan mutu dan dapat bertahan lama.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.3 Tujuan1. Apa pengertian dari sterilisasi?
2. Apakah indikasi kuat untuk sterilisasi?
3. Bagaimana langkah langkah sebleum sterilisasi?
4. Bagaimana metode sterilisasi?
5. Bagaimana pelakasanaan sterilisasi alat alat?
1. Mengetahui pengertian dari sterilisasi
2. Mengetahui indikasi kuat untuk sterilisasi
3. Mengetahui langkah langkah sebleum sterilisasi
4. Mengetahui metode sterilisasi
5. Mengetahuia pelakasanaan sterilisasi alat alat
6. Mengetahui perawatan alat alat
BAB II
ISI
2.1
Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi dalam pengertian medis
merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir,
yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya
mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang
dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan
metodenya, harus tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil
sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi
kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan
medis. (Darmadi, 2008:79)
Sterilisasi yaitu proses membunuh
semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang telah
didekontaminasi dengan tepat.
2.2 Indikasi kuat untuk tindakan sterilisasi
9. Peralatan operasi yang telah steril jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan peralatan yang telah terpakai.1. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.
2. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa endotracheal harus disterilkan/ didisinfeksi dahulu sebelum digunakan.
3. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah atau sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan..
4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik (darah dan jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.
5. Sterilisasi (132° C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer) tidak dianjurkan untuk implant.
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau didisinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses ulang yang dapat mengakibatkan keadan toxin atau mengganggu keamanan dan efektivitas pekerjaan. Karena itu, hindari proses ulang yang dapat mengakibatkan keadan toxin atau mengganggu keamanan dan efektivitas pekerjaan.
7. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat (lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan : Dengan suhu 18° C – 22° C dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron), dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan. Dan barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24 cm. Serta lantai minimum 43 cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
8. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun.
2.3 Langkah-langkah sebelum melakukan proses sterilisasi
1. Dekontaminasi : salah satu cara yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati (alat) sehingga aman untuk digunakan.
2. Pencucian : suatu cara yang digunakan untuk menghilangkan / membersihkan kontaminan (debu, tanah, tinja, darah, pus atau nanah dan sejumlah besar mikroorganisme) yang terdapat pada alat atau bahan yang dicuci. Melakukan pencucian sebelum proses disinfeksi dan sterilisasi adalah sangat diperlukan dan harus dilakukan.
3. Disinfeksi : suatu cara yang digunakan untuk membunuh / menghilangkan / menghancurkan mikroba tapi dalam proses ini tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
2.4 Metode sterilisasi
1. Fisika
a.
Pemanasan
kering
Prinsipnya
adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering.
Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya
mati.
Pemanasan
kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai
efektivitas diperlukan pemanasan mencapai 160oC s/d 180oC. Pada
temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal
ini disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga bakteri phatogen dapat
terbakar.
Pada sistem
pemanasan kering terdapat udara, hal mana telah diketahui bahwa udara
memerlukan waktu lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit.
1) Udara panas
oven : digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah,
minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO.
Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 170oC selama 1 jam,
160oC selama 2 jam, 150oC selam 3 jam.
2) Pemijaran
langsung : digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen,
tidak cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang
digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam
sampai berpijar.
3) Minyak dan
penangas lain : Digunakan untuk sterilisasi alat
bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga ketajaman alat, bahan
kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat dicelupkan dicelupkan
dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 160oC.
Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat digunakan pula sebagai
pengganti minyak mineral.
b. Pemanasan basah
Prinsipnya
adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba
sehingga dapat membunuh mikroba.
1) Uap bertekanan (autoklaf) : digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
Benda yang
akan disuci hamakan diletakan diatas lempengan saringan dan tidak langsung
mengenai air dibawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih (diperkirakan
pada suhu 100oC), pada
tekanan 15Ib temperatur yang mencapai121oC. Organisme
yang tidak berspora hanya dapat mati dengan pemanasan 100oC selama 30 menit tetapi ada
beberapa dapat bertahan slama 10 jam pada temperatur 100oC dapat dimatikan hanya dalam waktu 30 menit
apabila air yang mendidih ini ditambah dengan natrium carbonat
2) Pemanasan
dengan bakterisida : digunakan untuk
sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih
dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan
bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC
selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang
digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2%
klorokresol.
3) Air mendidih : digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
c.
Cara bukan
panas
1)
Sterilisasi
dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β).
Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik
yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultra violet, radiasi sinar gamma
atau sinar dan sinar matahari. Sinarmatahari banyak mengandung ultraviolet,
sehingga secara langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi, hal ini telah
lama diketahui banyak orang. Sinar ultraviolet bisa diperoleh dengan
menggunakan katoda panas(emisi termis) yaitu ke dalam tabung katoda bertekanan
rendah diisi dengan uap air raksa, panjang gelombang yang dihasilkan dalam proses
ini biasanya dalam orde 2.500 s/d 2600 angstrom. Lampu merkuri yang banyak
terpasang dijalan-jalan sesungguhnya banyk yang mengandung sina ultraviolet
yang dihasilkan itu diserap banyak oleh tabung gelas yang dilaluinya, sehingga
dalam proses sterilisasi hendaknya memperhatikan dosis ultraviolet.
2. Kimia
a. Menggunakan bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 96%, fenol 5%, selain itu juga Aceton tab formalin, sulfur dioxida dan chlorin. Materi yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih dahulu kemudian direndam dalam alkhohol aceton atau tab formalin selama kurang lebih 24 jam.
b. Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati.
3. Mekanik
a.
Filtrasi
Digunakan untuk
sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan filter
bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan
oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan
teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat
dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.
Ada banyak macam filter yaitu:
a. Berkefeld
V
b. Coars
N, M dan W
c. Chamberland
d. Seitz
e. Sintered
glass
2.5 Pelaksanaan Sterilisasi Alat-Alat
2.6 Perawatan Alat-Alat1. Sterilisasi terhadap bahan baku karet ( Hand Schoen)
Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap formalin atau dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan, terlebih dahulu harus dibersihkan dengan jalan mencuci dengan air dan sabun. Sarung tangan yang terkena nanah, setelah dicuci bersih,dibersihkan lagi dengan lison 0,5% atau larutan betadin ( 1 gelas air ditambah 1 sendok teh betadin ). Setelah dibilas dengan air bersih, keringkan dan periksa apakah ada yang bocor atau tidak. Yang bocor dipisahkan.
Sarung tangan yang telah bersih itu dikiringkan dengan kain bersih, baik luar maupun dalamnya. Setelah kering, bagian luar dan dalam diberi talk, dilipat, dan dimasukkan sepasang (kiri dan kanan) kedalam kantong sarung tangan, dengan terlebih dahlu diberi ukuran dan dimasukkan pula tambahan talk yang dibungkus dengan kasa kecil.
Bila hendak memakai uap formalin, sarung tangan yang telah siap, dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu dimasukkan beberapa tablet formalin. Sarung tangan baru suci hama (steril) setelah terkena uap formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya disediakan beberapa buah stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang steril. Sarung tangan dapat pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk disterilkan.
2. Sterilisasi terhadap bahan baku logam
Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih dahulu. Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya, agar kotoran yang melengket mudah dibersihkan.
Alat-alat logam peperti jarum suntik, pinset, gunting, jarum oprasi, scapel blede maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan metode pemanasan secara kering, agar suhu mencapai 160oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam, kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan
3. Sterilisasi terhadap bahan baku kaca
Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu dengan menggunakan pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca juga sering disterilisasi dengan menggunakan metode radiasi karena bahan baku kaca banyak menyerap bahan kaca sehingga sterilisasi dengan radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu alat bahan baku kaca dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat kemudian keringkan dengan udara setelah kering alat bahan baku kaca dimasukan ketempat elektronik yaitu dengan katoda panas (emisi termis) yang mengeluarkan sinar ultraviolet kemudian sinari kaca tersebut dengan sinar ultraviolet dengan kekuatan kurang lebih 2500 s/d 2600 angstrom sehingga spora dan bakteri yang melekat pada alat tersebut dapat terbakar.
4. Sterilisasi terhadap bahan baku kain atau media kultur (kain doek)
Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran, kemudian kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah steril dan dikeluarkan dari alat sterilisator tidak terkontaminasi dengan kuman maupun bakteri lagi. Demikian pula kain doek tersebut dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan bungkus dengan plastik terlebih dahulu sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang akan dilakukan menggunakan metode pemanasan dengan uap air dan juga dipengaruhi dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga menggunakan autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran anatara oksigen dan carbon dioxida.
5. Sterilisasi terhadap bahan baku plastik
Bahan baku plastik apabila disterilkan sebaiknya jangan menggunakan metode pemanasan, oleh karna itu maka akan merubah bentuk dari plastik tersebut. Untuk mensucikan alat dari bahan baku plastik sebaiknya mula-mula bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan detergen, kemudian keringkan, setelah itu rendam dalam larutan alkohol setelah itu cuci denga aquades lalu rendam dalam larutan antiseptik.
1. Perawatan alat dari bahan baku logam yang sudah disterilkan
Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun alumunium sering terjadi karatan. Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat-alat tersebut harus disimpan pada tempat yang mempunyai temperatur tinggi (sekitar 37oC) dan lingkungan yang kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai penyerap uap air, sebelum alat tersebut disimpan maka alat tersebut harus bebas dari kotoran debu maupun air yang melekat, kemudian olesi dengan olie atau parafin.
2. Perawatan alat dari bahan baku kaca setelah disteril
Bahan baku kaca banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dari bahan baku kaca tersebut.
Keuntungan:
Bahan baku kaca tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak, koefisien muai yang kecil dan tembus cahaya yang besar.
Kelemahan:
Mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh jamur sehingga menggagu daya tembus sinar, kadang-kadang dengan menggunakan kain katun untuk membersihkan saja timbul goresan.
Dengan memeperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas harus memperhatikan:
a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC dan beri tambahan lampu 25 watt
b. Ruangan tempat penyimpana diberi bahan silikon sebagai zat higroskopis.
c. Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk membersihakan debu dari permukaan kaca. Usahakan pada waktu membersihkan lensa jangan sampai merusak lapisan lensa.
d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknaya ditempatkan diatas kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan asal bahan baku dari pyrex.
e. Gelas yang direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air yang sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk pendinginan mendadak tidak diperkenankan.
f. Membersihkan kotoran dari kaca sebaiknya segera setelah dipakai dapat menggunakan:
· Air bersih
· Detergen: menghilangkan efek lemak dan tidak membawa efek lemak
· Larutan
· kalium dichromat : 10 gram
· Asam belerang : 25 ml.
· Aquades : 75 ml.
3. Perawatan Alat Dari Bahan Baku Karet Setelah di Sterilkan
Sarung tangan dari karet mudah meleleh atau lengket apabila disimpan terlalu lama. Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku karet, sebelum melakukan penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan cara mencuci dengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur dibawa sinar matahariatau hembusan udara hangat. Setelah itu taburi tal pada seluruh permukaan karet.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sterilisasi dalam pengertian medis
merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir,
yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya
mikroorganisme hidup..
Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, harus tetap menjaga kualitas hasil sterilisasI.
3.2 Saran
Setelah membaca
makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti dan bertambah wawasan tentang
sterilisasi instrumen. Demi mewujudkan makalah yang lebih
baik diharapkan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.
Denz , Januari 2011,STERILISASI
Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press, Surabaya.
Shodiq,
Abror, 2004, Teknik Asepsis Dan Anti Sepsis, Intalasi Bedah Sentral RS.
Dr. Sardjito Yogyakarta, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta
mantap
ReplyDeleteNyoba ngeshare lagi indah 😁
Delete