adsense

Laporan Pendahuluan Kangker Tiroid



BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
KANGKER TIROID
 (CA THYROID)

1. Dasar Teori
1.1 Definisi Diagnosa Medis
Kanker thiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan kanker pada manusia. Pada 2004 American Cancer Society memperkirakan terdapat kurang lebih 22.500 kasus baru kanker thiroid di Amerika Serikat. Dimana perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki. Satu di Indonesia dan regristasi perhimpunan dokter spesialis patologi di Indonesia kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%).

Tiroidektomi, dapat dilakukan pada pasien dengan kangker tiroid, hipertiroid, reaksi obat terhadap zat - zat antitiroid, wanita hamil yang tidak dapat ditanggulangi dengan obat, pasien yang tidak ingin terapi radiasi dan goiter yang besar yang tidak berespons terhadap obat antitiroid. ada dua jenis tiroidektomi, yaitu :
1. Tiroidektomi total, kelenjar tiroid siangkat seluruhnya. Biasanya dilakukan pada kasus - kasus malignasi. pengobatan tiroid.
2. Tiroidektomi parsial : 5/6 dari kelenjar diangkat ketika obat antitiroid tidak mampu untuk mengoreksi hipertiroid atau terapi RAI merupakan suatu kontraindikasi.

1.2 Epidemiologi Kasus
Karsinoma tiroid menempati urutan ke-9 dari 10 keganasan tersering. Sekitar 3-5% dari semua tumor maligna. Karsinoma tiroid termasuk kanker kelenjar endokrin terbanyak jumlahnya, karsinoma tiroid hampir 10x lebih banyak dari kelenjar endokrin lainnya. Angka insiden tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari 0,5 – 10 per 100.000 populasi. Insidennya lebih tinggi di negara dengan struma endemik. Insiden karsinoma tiroid di Indonesia belum diketahui hingga sekarang, disebabkan belum adanya pendataan keganasan yang terpadu. Di Amerika Serikat insiden karsinoma tiroid pada tahun 1970 adalah 5,5 per 100.000 pada wanita dan 2,4 per 100.000 pada laki-laki.

Karsinoma tiroid didapat pada segala usia dengan puncak pada usia muda (7 – 20 tahun) dan usia setengah baya (40 – 60 tahun). Berdasarkan usia penderita karsinoma tiroid terjadi sekitar 1,5% dari semua karsinoma dewasa dan 3% dari semua karsinoma anak. Menurut distribusi umur, kasus-kasus di RSCM Jakarta tersering berkisar pada umur 40 – 60 tahun (1948). Winship (1967) mengemukakan umur yang sering terkena adalah antara 50 – 70 tahun. Berdasarkan jenis histopatologi, sebarannya adalah karsinoma tiroid jenis papilar (71,4%), karsinoma tiroid jenis folikular (16,7%), karsinoma tiroid jenis anplastik (8,4%), dan karsinoma tiroid jenis medular (1,4%).

1.3 Etiologi
·    Radiasi eksternal kepala, leher atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan resiko karsinoma tiroid, tetapi radiasi kadang-kadang dilakukan untuk mengecilkan jaringan tonsil dan adeonoid yang membesar atau mengurangi pembesaran kelenjar timus. Bagi individu yang terkena radiasi eksternal dalam usia kanak-kanak terdapat peningkatan insiden kanker tiroid dalam 5-40 tahun sesudah penyinaran akibatnya, individunya yang menjalani terapi radiasi harus berkonsultasi dengan dokter dan meminta pemeriksaan pemindai isotoptiroid sebagai bagian dari pemeriksaan evaluasi, mengikuti terapi yang dianjurkan untuk kelainan pada kelenjar tersebut serta melanjutkan pemeriksaan umum atau check-up setiap setahun sekali jika semua hasil pemeriksaannya normal.

      Bermutasinya (perubahan genetik) pada sel-sel tiroid mutasi nya sel-sel belum diketahui secara rinci, tetapi ada kemungkinan mutasi sel tersebut disebabkan karena kurangnya zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Faktor genetika memang masih jarang ditemukan pada penderita kanker ini. Tetapi ketika orang tua kita memiliki riwayat penyakit kanker ini ada kemungkinan kita juga dapat terkena kanker tersebut atau mendapat penyakit tersebut.

     Faktor lingkungan dan radiasi, faktor lingkungan ini dapat terjadi dari paparan radiasi yang berlebihan yang menyebabkan sel-sel hormon pada kelenjar tiroid berkembang tidak sempurna dan bermutasi jadi sel kanker.

     Kekurangan yodium, kurangnya yodium disebabkan karena adanya defisiensi material, goitrogen, dan penyakit autoimun. Geitrogen adalah terhambatnya proses pengambilan yodium dari dalam darah menuju kelenjar tiroid dikarenakan zat-zat yang terdapat dalam kacang-kacangan dan kubis-kubisan.
·     Kekurangan enzim dalam tubuh kita meyebabkan sel-sel hormon yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Keadaan seperti ini menyebabkan sel hormon dalam kelenjar tiroid tidak mencukupi. Keadaan seperti ini dapat memicu perkembangan sel kanker yang terdapat dalam tubuh manusia.

1.4 Tanda dan Gejala
Gejala utama dari kanker ini adalah munculnya benjolan atau pembengkakan pada bagian depan dari leher, lebih tepatnya dibawah jakun, dan biasanya tidak terasa sakit. Tapi pada tahapan awal, kanker ini jarang menimbulkan gejala dan cenderung tdak ada gejala apapun. Sedangkan gejala lain dari kanker ini biasanya muncul setelah kanker memasuki stadium yang selanjutnya, seperti :
  1.  Sakit tenggorokan
  2. Kesulitan dalam menelan makanan
  3. Perubahan suara atau menjadi serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu
  4. Rasa sakit pada bagian leher
  5. Pembengkakan kelenjar getah bening dibagian leher.
  6. Perlu diperhatikan, bahwa tidak semua benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid disebabkan oleh kanker. Hanya sekitar 5% dari benjolan pada kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kanker. Sebagian besar pembengkakan kelenjar tiroid disebabkan oleh kondisi yang kita kenal dengan nama penyakit gondokan. Kondisi ini bersifat kanker dan disebabkan oleh hipertioidisme (terlalu banyak T3 dan T4) dan hipotiroidisme (kekurangan hormon T3 dan T4).

1.5 Pemeriksaan Penunjang & Hasilnya Secara Teoritis
1.   Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemerikasaan kalsitonon dlam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid darat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tea dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indicator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonim dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

2. Radiolois
1) Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trachea karena penekanan tumor dan melihat klasifikasi pada masa tumor. Pada karsinoma pasifer dengan badan-badan psamona dapat terlihat klasifikasi halus yang disertai seppledclasification, sedangkan pada karsinoma meduler klasifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang klasifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah benin. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunakan untuk survey metastasis pada paru dan tulang. Apabila ada keluhan distagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
2) Ultra Sound
Ultra Sound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tekhnik biopsy aspitasi yaitu tekhnik yang lebih sederhana dan murah.
3) Computerized Tomografi
CT-Scan diperunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
4) Scintisrafi
Dengan menggunakan radio isotopic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Tekhnik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat. 

3. Biopso Aspirasi
Pada decade ini biopsy aspirasi jarum harus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Tekhnik dan peralatan sangat sederhana, biaya murah dan akurasi diagnostiknya tini. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no. 22-23 serta alat pemegang, sedia aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitoloi. Berdasarkan arsitektur sitology dapat diidentifikasikan karsinoma papilek, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastic dan karsinoma meduler.

1.6 Penatalaksanaan Medis
     1.  Terapi
Terapi pilihan untuk karsinoma tiroid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor tersebut. Tiroidektomi total atau hamper total dilakukan bila keadaan memunkinkan. Tindakan diseksi leher yang lebih luas dilakukan jika metastase telah mencapai kelenjar lipe. Jaringan paratiroid diupayakan untuk tidak terangkat guna mengurangi resiko hipokalsemia pasca operatif dan tetanus. Sesudah pembedahan, tindakan aldasi dilaksanakan untuk melenyapkan jaringan tiroid tersisa bila tumor tersebut bersifat radiosensitive iodium radiatif juga meningkatkan peluang untuk menemukan metastasis tiroid dikemudian hari bila pemeriksaan pemindai seluruh tubuh (Unhole Body Gran) dilakukan sesudah pembedahan, hormone tiroid diberikan dengan dosis supresi untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid. Jika jaringan tiroid yang tertinggal tidak cukup untuk menghasilkan hormone tiroid dengan jumlah memadai, maka preparat tiroksin dibutuhkan secara permanen. Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat dilakukan beberapa jalur : Pemberian peroral dan lewat pemberian eksterna terapi radiasi. Pasien yang dapat sumber-sumber eksternal terapi peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi menghantam resiko mengalami mukositis, kekeringan mulut, dispagia, keperakan kulit anoreksia, dan kelelahan kemoterapi jarang digunakan dalam pengobatan kanker tiroid.

2. Tiroidektomi
Tiroidektomi parsial atau total dapatdilaksankan sebagai terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas operasi bergantung pada hasil diagnosis, tujuan pembedahan hasil prognosis peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-operatif, Intra Operatif dan Post Operasi.
1) Pentalaksanaan Pre-Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut :
(1) Inform Consent (surat persetujuan operasi) yang telah ditandangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita.
(2) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respirasi dan cardiovaskuler.
(3) Hasil pemeriksaan atau data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada.
(4) Persiapan mental dengan support mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan.
(5)  Konsul anestesi untuk kesiapan pembiusan
(6) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidektomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone  tiroid seumur hidup.

2) Penatalaksanaan Intra Operasi pesan perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh dokter operator dan dokter anestesi.

3) Penatalaksanaan Post Operasi (diruang sadar)
(1) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga stabil.
(2) Observasi adanya pendarahan serta komplikasi post operasi.
(3) Dekatkan peralatan emergency kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal yang tidak diinginkan.
(4) Segera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita.
(5)  Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum.


DAFTAR PUSTAKA
NANDA, NIC-NOC 2013
Brunner, Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP PPNI.



No comments:

Post a Comment

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN INSTRUMEN BEDAH OPERASI

          BAB I PENDAHULUAN 1.1.    Latar Belakang Instrumen adalah aset utama dan menunjukan angka yang besar pada pembelajaran total rum...