Skema Cairan
PENJELASAN:
jadi secara singkat dari berbagai jenis cairan infus, fungsinya sebagain besar di bagi dalam kategori untuk resusitasi dan rumatan. Cairan yang digunakan untuk resusitasi(mengganti kehilangan cairan tubuh) dibagi menjadi cairan kristaloid dan koloid, kemudian untuk rumatan digunakan untuk elektrolit dan nutrisi dalam menjaga dan memelihara keseimbangan.
JENIS CAIRAN
Cairan Hipotonik
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum),
sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas
rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar
gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak)
pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%
Cairan Isotonik:
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat
pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL),
dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik:
Osmolaritasnya
lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Contohnya Dextrose
5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%,
produk darah (darah), dan albumin.
CAIRAN
INTRAVENA DIKLASIFIKASIKAN MENJADI KRISTALOID & KOLOID
Cairan Kristaloid
merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan dalam
air. Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik.
Cairan
isotonik : (misalnya cairan salin normal dan ringer laktat)
Cairan Hipertonik (misalnya NaCl 3%).
Keuntungan cairan kristaloid antara lain : aman,
nontoksik, bebas reaksi, dan murah.
Kerugian cairan kristaloid antara lain: yang hipotonik dan isotonik adalah
kemampuannya terbatas untuk tetap berada dalam ruang intravaskular.
Kristaloid dapat pula dibagi menjadi cairan buffered misalnya Ringer laktat, asetat, dan
maleat atau cairan nonbuffered yakni
cairan salin normal.
Cairan koloid
Terbagi atas cairan hipoonkotik seperti gelatin, albumin 4%
atau 5% dan hiperonkotik seperti dekstran, hydroxyethyl starches (HES),
dan albumin 20% atau 25%.
MACAM - MACAM CAIRAN INFUS
ASERING
Indikasi
|
Komposisi
|
Keunggulan
|
Dehidrasi (syok
hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
|
·
Na 130 mEq
·
K 4 mEq
·
Cl 109 mEq
·
Ca 3 mEq
·
Asetat (garam) 28 mEq
|
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih
dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA
mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat
mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4
20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan
infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
|
KA-EN 1B
NO
|
INDIKASI
|
1
|
Sebagai larutan awal
bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
|
2
|
< 24 jam pasca
operasi
|
3
|
Dosis lazim 500-1000
ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam
(dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
|
4
|
Bayi prematur atau
bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
|
KA-EN 3A & KA-EN 3B
NO
|
INDIKASI
|
1
|
Larutan rumatan
nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan
kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
|
2
|
Rumatan untuk kasus
pasca operasi (> 24-48 jam)
|
3
|
Mensuplai kalium
sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
|
4
|
Mensuplai kalium sebesar
20 mEq/L untuk KA-EN 3B
|
KA-EN MG3
NO
|
INDIKASI
|
1
|
Larutan rumatan
nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan
kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
|
2
|
Rumatan untuk kasus
pasca operasi (> 24-48 jam)
|
3
|
Mensuplai kalium 20
mEq/L
|
4
|
Rumatan untuk kasus
dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
|
NO
|
INDIKASI
|
Komposisi
|
1
|
Merupakan larutan
infus rumatan untuk bayi dan anak
|
|
2
|
Tanpa kandungan
kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
|
|
3
|
Tepat digunakan untuk
dehidrasi hipertonik
|
NO
|
INDIKASI
|
Komposisi
|
1
|
|
·
Na 30 mEq/L
·
K 8 mEq/L
·
Cl 28 mEq/L
·
Laktat 10 mEq/L
·
Glukosa 37,5 gr/L
|
2
|
|
|
3
|
|
NO
|
INDIKASI
|
1
|
Suplai air dan
karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
|
2
|
Keadaan kritis lain
yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat
dan defisiensi protein
|
3
|
Dosis: 0,3 gr/kg
BB/jam
|
4
|
Mengandung 400 kcal/L
|
NO
|
INDIKASI
|
1
|
Stres metabolik berat
|
2
|
Luka bakar
|
3
|
Infeksi berat
|
4
|
Kwasiokor
|
5
|
Pasca operasi
|
6
|
Total Parenteral Nutrition
|
7
|
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
|
NO
|
INDIKASI
|
1
|
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
|
2
|
Penderita GI yang dipuasakan
|
3
|
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka
bakar, trauma dan pasca operasi)
|
4
|
Stres metabolik sedang
|
5
|
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
|